Hujan menggigil di Jembatan Seribu Lentera, persis seperti lima tahun lalu. Aroma melati dan kenangan pahit berpadu, menyengat hidung Lin W...

TOP! Ia Mengarsipkan Aku, Tapi Tak Pernah Menghapus TOP! Ia Mengarsipkan Aku, Tapi Tak Pernah Menghapus

TOP! Ia Mengarsipkan Aku, Tapi Tak Pernah Menghapus

TOP! Ia Mengarsipkan Aku, Tapi Tak Pernah Menghapus

Hujan menggigil di Jembatan Seribu Lentera, persis seperti lima tahun lalu. Aroma melati dan kenangan pahit berpadu, menyengat hidung Lin Wei. Di tangannya, sebuah lentera merah redup bergoyang, cahayanya nyaris padam, sama seperti harapan yang pernah dimilikinya. Di seberang, di bawah payung hitam legam, berdiri pria itu. Zhou Yi.

Dulu, Zhou Yi adalah mataharinya. Senyumnya menghangatkan, janjinya seteguh gunung. Sekarang, hanya ada tatapan dingin yang menusuk, bayangan yang patah di matanya. Lima tahun. Lima tahun Lin Wei mengarsipkan semua tentang Zhou Yi dalam relung hatinya yang paling dalam. Mengarsip, bukan menghapus.

"Kau datang," ucap Zhou Yi, suaranya serak oleh angin dan mungkin, penyesalan.

Lin Wei hanya mengangguk. Hatinya berdebar keras, bukan karena cinta, melainkan desiran dendam yang selama ini dipendamnya. Lima tahun adalah waktu yang cukup untuk merencanakan semuanya dengan matang.

Dulu, Lin Wei mencintai Zhou Yi dengan sepenuh hati. Ia menyerahkan segalanya. Rahasia, impian, dan kepercayaannya. Lalu, Zhou Yi menghancurkannya. Ia mengkhianati Lin Wei dengan wanita lain, meninggalkan luka yang menganga, dan pergi tanpa sepatah kata.

"Kenapa kau memintaku datang ke sini?" Lin Wei bertanya, suaranya bergetar, bukan karena dingin, tapi karena menahan amarah.

Zhou Yi mendekat, aroma cendana dari pakaiannya menyeruak, memicu memori yang dulu begitu indah, kini terasa seperti racun. "Aku... aku ingin meminta maaf."

"Maaf?" Lin Wei tertawa hambar. Tawa yang pahit, tanpa kebahagiaan. "Maaf bisa mengembalikan lima tahun hidupku? Maaf bisa menghapus luka yang kau torehkan?"

Cahaya lentera semakin meredup, seolah enggan menyaksikan drama yang akan terjadi. Hujan semakin deras, membasahi jembatan, membasahi Lin Wei, membasahi KEBENARAN yang akan segera terungkap.

"Kau tahu, Zhou Yi," bisik Lin Wei, matanya memancarkan kilat berbahaya, "lima tahun adalah waktu yang lama. Waktu yang cukup untuk belajar, merencanakan, dan mempersiapkan diri."

Zhou Yi menatapnya, kebingungan terpancar di wajahnya. "Mempersiapkan diri untuk apa?"

Lin Wei tersenyum tipis. Senyum yang mengerikan. "Mempersiapkan diri untuk membalas dendam. Kau pikir aku menderita selama ini? Kau salah. Aku hanya menunggu waktu yang tepat."

Di kejauhan, terdengar suara sirine mendekat. Bukan sirine ambulans, melainkan sirine polisi. Zhou Yi menoleh, raut wajahnya berubah pucat pasi.

"Kau... apa yang sudah kau lakukan?!" serunya panik.

Lin Wei mengangkat bahu. "Aku hanya melaporkan semua kejahatanmu. Bukti-buktinya sudah kukumpulkan selama lima tahun ini. Dan semuanya... ada di arsipku."

Zhou Yi terhuyung mundur, seolah baru saja ditikam. Ia menatap Lin Wei dengan tatapan putus asa.

"Tapi kenapa? Kenapa kau melakukan ini?"

Lin Wei mendekat, berbisik di telinganya. "Karena ada satu rahasia besar yang kau tidak tahu tentang wanita yang kau pilih saat itu…"

You Might Also Like: Manfaat Sunscreen Mineral Aman Untuk

0 Comments: