Kabut violet menggantung di atas Danau Bulan Sabit, menyembunyikan kenangan seperti permata di dasar lautan. Di sanalah, di bawah pohon wi...

Ini Baru Drama! Ia Tak Pernah Berjanji, Tapi Aku Tetap Menunggu Ini Baru Drama! Ia Tak Pernah Berjanji, Tapi Aku Tetap Menunggu

Ini Baru Drama! Ia Tak Pernah Berjanji, Tapi Aku Tetap Menunggu

Ini Baru Drama! Ia Tak Pernah Berjanji, Tapi Aku Tetap Menunggu

Kabut violet menggantung di atas Danau Bulan Sabit, menyembunyikan kenangan seperti permata di dasar lautan. Di sanalah, di bawah pohon willow yang meratap, aku pertama kali melihatnya. Atau, mungkin, memimpikannya. Wajahnya, selembut sutra yang ditenun oleh ANGIN, bayangannya, setipis aroma melati yang memudar.

Ia tak pernah mengucapkan janji. Satu patah kata pun tak terucap. Namun, tatapannya, sebuah sungai yang mengalir dari kedalaman jiwa, cukup untuk menenggelamkan harapan. Ia menatapku seperti melihat lukisan yang belum selesai, seperti melodi yang belum menemukan akhir.

Hari-hari berlalu, seperti kelopak sakura yang berguguran ke bumi. Aku MENUNGGU. Menunggu di tepi danau, di bawah pohon willow, di dalam DIMENSI waktu yang membeku. Menunggu sentuhan tangannya yang terasa seperti sentuhan cahaya bulan, menunggu suaranya yang pasti senada dengan bisikan ombak.

Rumor beredar di kalangan pelukis dan penyair. Bahwa ia adalah siluman rubah yang menjelma menjadi manusia, bahwa ia adalah PENJAGA gerbang antara dunia nyata dan mimpi, bahwa ia hanyalah ilusi yang diciptakan oleh hati yang kesepian.

Aku tak peduli. Bagi jiwa yang merindu, kebenaran dan kepalsuan hanyalah dua sisi mata uang yang sama. Cinta ini, meski tak nyata, adalah PELUKIS paling ulung, mewarnai hari-hariku dengan rona senja abadi.

Suatu malam, saat bulan purnama menggantung seperti tetesan air mata di langit, ia datang. Bukan sebagai mimpi, bukan sebagai ilusi, melainkan sebagai... KENANGAN.

"Aku," bisiknya, suaranya serak seperti daun yang bergesekan, "Aku adalah bayanganmu sendiri. Cinta yang kau ciptakan, kerinduan yang kau pelihara. Aku adalah REFLEKSI dari hatimu yang paling dalam."

Pengungkapan itu bagaikan belati perak yang menusuk jantung. Ia tak pernah berjanji karena ia adalah bagian dari diriku. Cinta ini bukan ditolak, tapi DIPANTULKAN, abadi dalam echo kerinduan.

Kemudian, ia menghilang, MEMUDAR menjadi kabut, meninggalkan aku sendiri di bawah pohon willow. Angin berbisik, membawa serta sepotong kain sutra ungu, kain yang sering ia kenakan...

Apakah itu benar-benar hanya aku?

You Might Also Like: Harus Baca Aku Jatuh Cinta Pada Dirimu

0 Comments: