Di kota yang dilumuri neon senja abadi, Jing Fei mendapati dirinya terjebak. Bukan dalam drama murahan, tapi dalam dimensi waktu yang kusu...

TOP! Pedang Yang Menangis Di Balik Tirai TOP! Pedang Yang Menangis Di Balik Tirai

TOP! Pedang Yang Menangis Di Balik Tirai

TOP! Pedang Yang Menangis Di Balik Tirai

Di kota yang dilumuri neon senja abadi, Jing Fei mendapati dirinya terjebak. Bukan dalam drama murahan, tapi dalam dimensi waktu yang kusut. Ia, pendekar pedang dari era Dinasti Void, mendapati dirinya membalas chat seorang asing bernama Anya.

Anya, di sisi lain, hidup dalam utopia distopia di tahun 2347. Gedung-gedung menjulang bagai tulang belulang langit, dan komunikasi terjadi lewat hologram yang lebih sering nge-lag daripada berfungsi. Tapi Anya, peretas kode dengan mata sebiru RAM rusak, merasakan sesuatu saat membaca pesan dari Jing Fei.

"Angin berbisik tentangmu, wahai pemilik hati," tulis Jing Fei suatu malam, diselingi emoji bunga sakura (entah bagaimana bisa ia temukan).

Anya membalas, "Angin di sini hanya bau ozon dan penyesalan robot. Tapi... aku merasakannya."

Percakapan mereka menjadi pelabuhan di tengah badai digital. Jing Fei bercerita tentang sungai berlumut dan pedang yang haus darah. Anya, tentang konser virtual yang membuatmu merasa lebih kosong daripada sebelumnya dan kopi sintetis yang rasanya seperti janji palsu.

Mereka saling mencari. Jing Fei mencoba menemukan portal waktu yang kabarnya bersembunyi di balik air terjun keramat. Anya, dengan kecerdasan artifisialnya, meretas jaringan global untuk mencari anomali ruang dan waktu.

Namun, semakin mereka mendekat, semakin kuat pula distorsi itu. Chat mereka semakin patah-patah. Sinyal menghilang. Sedang mengetik… abadi.

Suatu malam, Anya berhasil menemukan titik singgung. Koordinat yang menunjuk pada sebuah reruntuhan kuno di bawah menara korporasi terbesarnya. Jing Fei, setelah bertarung melawan bandit waktu dan naga cyber, akhirnya tiba di tempat yang sama.

Di balik tirai usang di reruntuhan itu, mereka menemukan… hanya cermin.

Bukan cermin biasa. Cermin yang berbisik. Cermin yang menampilkan wajah-wajah yang mirip, tapi berbeda.

Saat tangan Jing Fei menyentuh cermin, bayangan Anya di sana ikut bergetar. Suara parau terdengar, "Kita… dulu… adalah satu."

Kilatan cahaya menyilaukan. Lalu… semuanya sunyi.

Mereka berdua hanyalah fragmentasi dari jiwa yang sama. Seorang jenderal wanita yang dikhianati cintanya ribuan tahun lalu. Jiwanya pecah, terlempar ke dimensi berbeda, terus mencari kepingan dirinya yang hilang. Cinta mereka? Bukan cinta yang lahir, tapi gema dari janji yang tak pernah tertunaikan. Sebuah loop abadi yang diprogram oleh takdir yang kejam.

perhatikan baik-baik, mungkin giliranmu selanjutnya…

You Might Also Like: Kelebihan Sunscreen Mineral Dengan Aloe

0 Comments: