Mahkota yang Berdiri di Atas Luka Desiran angin malam membawa aroma plum blossom yang pahit. Bagi Lian, aroma itu selalu mengingatkannya ...

Ini Baru Cerita! Mahkota Yang Berdiri Di Atas Luka Ini Baru Cerita! Mahkota Yang Berdiri Di Atas Luka

Ini Baru Cerita! Mahkota Yang Berdiri Di Atas Luka

Ini Baru Cerita! Mahkota Yang Berdiri Di Atas Luka

Mahkota yang Berdiri di Atas Luka

Desiran angin malam membawa aroma plum blossom yang pahit. Bagi Lian, aroma itu selalu mengingatkannya pada malam itu – malam saat cintanya dikhianati, malam saat kekuasaannya direnggut, malam saat dunianya HANCUR berkeping-keping. Dulu, ia adalah Putri Mahkota Lian Xiulan, pewaris takhta Kerajaan Yan yang dicintai rakyatnya karena kelembutan hati dan kecerdasannya. Sekarang, ia hanyalah bayangan, seorang wanita dengan bekas luka di hati dan dendam yang membara di balik senyum tipisnya.

Luka-lukanya adalah peta yang mengantarkannya pada jalan ini. Setiap goresan pengkhianatan Kaisar Hong, yang dulu adalah tunangannya, adalah pupuk bagi kekuatan yang kini bersemi dalam dirinya. Ia tidak lagi Lian Xiulan yang naif. Ia adalah Lian Xiulan yang ditempa api penderitaan, yang mengerti bahwa kekuasaan sejati tidak terletak pada mahkota emas, melainkan pada kendali diri dan pemahaman akan kelemahan musuh.

Ia membangun kembali dirinya dari abu, setangkai bunga lotus yang tumbuh di atas lumpur perseteruan. Keanggunannya adalah tameng, kesabarannya adalah senjata, dan ketenangannya adalah racun mematikan. Ia mempelajari intrik istana, mengasah strategi perang, dan membentuk aliansi yang tak terduga. Ia menggunakan kecantikannya sebagai umpan, menenun jaring kebohongan dengan senyum yang mempesona. Ia menjadi sosok yang ditakuti sekaligus dikagumi, seorang strategos yang licik dengan hati yang dingin.

Malam ini, ia berdiri di balkon istana, menyaksikan obor-obor berkobar di kejauhan. Pasukannya telah mengepung istana, dan Kaisar Hong akan segera merasakan murkanya. Bukan murka yang berteriak, bukan murka yang membabi buta, melainkan murka yang tenang, terukur, dan mematikan seperti hembusan angin dingin sebelum badai.

Ia teringat akan janjinya pada dirinya sendiri: membalas setiap tetes air mata, setiap goresan luka, setiap pengkhianatan dengan perhitungan yang sempurna. Ia tidak menginginkan mahkota emas itu lagi. Ia menginginkan kekuasaan, kekuasaan yang sesungguhnya, kekuasaan yang membuatnya menjadi penentu nasib, bukan sekadar boneka dalam permainan istana.

Saat fajar menyingsing, ia memasuki ruang tahta, tempat Kaisar Hong menunggunya dengan wajah pucat pasi. Tanpa sepatah kata pun, ia memberikan perintah. Singgasananya kini berlumuran darah, tetapi Lian sama sekali tidak menyesal. Ia telah membayar hutangnya, membalas dendamnya, dan mengukir takdirnya sendiri.

Ia berbalik, meninggalkan istana yang penuh dengan mayat dan kenangan pahit. Di wajahnya terukir ketenangan yang menakutkan.

Karena pada akhirnya, ia menyadari bahwa ia tidak pernah membutuhkan mahkota yang diberikan orang lain, melainkan hanya perlu... MEMBANGUN SENDIRI.

You Might Also Like: Interpretasi Mimpi Memberi Makan Lintah

0 Comments: